PERANGKAP
HYPOTAN UNTUK MENANGKAP Hypothenemus
hampei PADA TANAMA KOPI
(Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)
Oleh
Andi Irwansyah
1014121199
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti kita
ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat
sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil
tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya.
Namun sebaliknya, produk/hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup
lain yaitu hama. Fenomena inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa
berusaha agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari
gangguan organisme pengganggu tanaman.
Kopi menjadi salah satu komoditas ekspor penting pada sub
sektor perkebunan Indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan sangat besar
sebagai penghasil devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2009,
total luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 Ha dengan
produksi 682.591 Ton. Sekitar 95% dari luas areal perkebunan kopi tersebut
merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, pesatnya
peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan pesatnya peningkatan
produktivitas dan mutu. Produktivitas kopi Indonesia rata-rata masih rendah
yaitu 641,6 kg/ha dari standar 800 kg/ha. Rendahnya produktivitas maupun mutu
kopi pada perkebunan rakyat antara lain disebabkan oleh adanya serangan hama
penyakit, umur tanaman yang sudah tua dan kurangnya perawatan kebun oleh
petani.
Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan
tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama
produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya,
bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu
dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang
Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis
hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan
tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil
langkah/tindakan pengendalian.
Kopi yang berlubang itu berasal dari kopi yang diserang
oleh hama penggerek kopi Hypothenemus hampei. Serangan hama
ini umumnya menyerang pada bagian discus atau pangkal biji yang lunak, serangan
pada biji muda akan menyebabkan biji gugur sedang serangan pada biji tua akan
menyebabkan biji kopi akan cacat berlubang dan bermutu rendah. Hama jantan
umumnya tidak bisa terbang dan hanya berumur 103 hari sedang hama betina dapat
terbang dan hidup mencapai 156 – 282 hari. Kumbang jantan memiliki panjang
lebih pendek dari kumbang betina, dan kumbang betina meletakkan telur sekitar
30 – 50 butir di lubang gerekan, dan inilah yang menyebabkan citarasa kopi
menjadi terasa tidak enak dan kualitas kopi menurun. Biji berlubang merupakan
salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi
dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam
biji. Lalu bagaimana mencegah dan menanggulangi PBKo ini ?Metode ini mampu
menurunkan tingkat serangan PBKo sampai 45% yaitu dengan pengendalian secara
terpadu.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui
cara pembuatan perangkap Hypothenemus
hampei pada tanaman kopi.
2. Mengetahui
cara kerja dari perangkap Hypothenemus
hampei pada tanaman kopi.
3. Mahasiswa
dapat menghubungkan hasil dari praktikum perangkap Hypothenemus hampei dengan praktikum serangan Hypothenemus hampei pada tanaman kopi.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan
Bahan
Adapun alat yang di gunakan dalam percobaan ini
adalah kertas acc, pena, cutter, benang kasur, dan botol aqua 1,5L.
Sedangkan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini
adalah air dan hypokta.
B. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang di lakukan dalam praktikum
kali ini adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan
Perangkap Hypotan.
-
Dilubangi botol air
minum 1,5L pada dua bagian yang berlawanan sebesar ±5 cm.
-
Diisi air botol
tersebut secukupnya
-
Digantungkan bahan
hypoktanya dengan benang kasur di dalam botol tersebut.
b. Pemasangan
Perangkap pada Pohon Kakao.
-
Digantungkan perangkap
pada pohon kakao yang di amati pada praktikum sebelumnya.
-
Diamati Hypothenemus hampei yang terperangkap di
perangkap Hypotan.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Pengamatan Hypothenemus
hampei Yang Terperangkap
Hari Pengamatan
|
Jumlah Hypothenemus
hampei Yang Terperangkap
|
1
|
3
|
2
|
5
|
3
|
8
|
4
|
10
|
B.
Pembahasan
Serangga hama PBKo mengalami 4 tahap perkembangan, yaitu
telur, ulat (larva), kepompong (pupa) dan dewasa (imago) yang memerlukan waktu
selama 25-35 hari.
1.
Telur
Seekor betina dewasa dapat
menghasilkan telur sebanyak 37 butir. Stadia telur selama 5-9 hari. Telur
diletakkan di dalam biji kopi, menetas dan berkembang di dalamnya sampai buah
kopi matang, baik yang masih di pohon maupun yang gugur di tanah. Serangga
betina dewasa yang siap bertelur, aktif pada sore hari antara pukul 16.00-18.00
dan dapat terbang sejauh 350 m. Serangga jantan tinggal dalam biji kopi karena
tidak dapat terbang.
2.
Larva
Telur yang telah menetas akan
menjadi larva berwarna putih dengan stadia larva selama 10-21 hari. Larva
mengalami fase istirahat (pre pupa) selama 2 hari sebelum berpupa.
3. Pupa
Stadia pupa berlangsung selama 4-6
hari tetapi ada kalanya sampai 8 hari.
4.
Imago
Serangga hama PBKo berwarna hitam
coklat atau hitam mengkilap, dengan ukuran panjang 1,2-1,7 mm dan lebar 0,6-0,7
mm. Serangga dewasa betina dapat hidup selama 156-282 hari, sedangkan serangga
jantan selama 103 hari. Serangga betina selanjutnya membuat lubang pada ujung
buah (discus) untuk meletakkan telurnya di dalam biji kopi.
Pengendalian hama PBKo yang efektif dapat dilakukan
dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terutama dengan
menggunakan perangkap serangga (hama penggerek buah kopi) yang lebih dikenal
dengan nama Brocap Trap. Alat ini menggunakan dan dilengkapi dengan
senyawa Hypotan yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia (Puslit Koka).
Perangkap dengan senyawa penarik Hypotan, dapat
menarik serangga secara selektif yaitu hanya menarik serangga penggerek buah
kopi dewasa, sehingga aman bagi musuh alami serangga lain maupun serangga PBKo
itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serangga PBKo yang
tertangkap porsinya lebih dari 95%, sedang sisanya merupakan
serangga hama lainnya dan serangga netral serta sebagian kecil jenis
predator dan parasitoid. Seranggahama lain yang juga tertangkap adalah
hama penggerek ranting kopi (Xylosandrus sp.). Hal ini diduga karena serangga
ini memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan hama penggerek
buah kopi, yaitu masih dalam famili yang sama (Scolytidae).
Pemasangan senyawa penarik Hypotan adalah dengan
tahapan sebagai berikut :
·
Hypotan yang dikemas
dalam bentuk saset dengan volume 10 ml, digantungkan ke dalam botol air minum
mineral volume 1500 ml yang didesain untuk perangkap.
·
Botol perangkap dibuat
dengan melubangi bagian dinding botol dengan ukuran 4,5 cm x 6,0 cm sebanyak 2
(dua) lubang yang saling berhadapan.
·
Pada bagian dasar botol
diisikan larutan deterjen dengan ketinggian sekitar 1,0 cm untuk menampung
serangga PBKo yang tertangkap.
·
Sebelum perangkap
dipasang di lapangan, pada kemasan senyawa Hypotan bagian atas harus dibuat
lubang menggunakan jarum (diameter ± 1,0 mm) sebanyak 3 (tiga) buah lubang,
agar senyawa Hypotan menguap keluar dan tercium oleh serangga PBKo
dewasa. Serangga PBKo dewasa yang mencium uap senyawa Hypotan akan
tertarik mencari sumber senyawa dengan mendatangi perangkap.
·
Perangkap dipasang di
antara pohon kopi dengan ketinggian sekitar 1,60 m di atas permukaan tanah.
Pemasangan perangkap disarankan setelah masa panen besar pada saat tidak ada
buah di lapangan serta disarankan minimal selama 4 (empat)
bulan secara terus menerus. Kepadatan perangkap per hektar
disarankan 20-40 perangkap atau sekitar 1600 populasi pohon kopi, dengan pola
pemasangan secara merata. Pada lahan datar jarak antarperangkap sekitar 20 m.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terlihat ada 10
hama Hypothenemus hampei yang terperangkap
pada hari ke-4 pengamatan. Dengan perincian pada hari pertama hama yang
tertangkap adalah sebanyak 3. Kemudian pada hari kedua bertambah 2 dan menjadi
5 hama yang terperangkap, lalu pada hari ketiga bertambah lagi menjadi 8 hama
yang tertangkap. Jika di lihat dan di bandingkan dengan reproduksinya,1 ekor
betina dapat menghasilkan 30 telur sedangkan hama yang terperangkap pada hari
ke-4 berjumlah 10 ekor. Sehingga perangkap Hypothenemus
hampei ini kurang efektif. Melihat dari literature yang mengatakan
perangkap ini dapat menjebak hama Hypothenemus
hampei hingga 1000 ekor per minggu, maka jika di bandingkan dengan
praktikum kali ini perangkap yang kita gunakan sangatlah jauh dari harapan dan
tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan
oleh 2 kemungkinan yang ada. Pertama hypotan yang kita gunakan sudah kadaluarsa
atau tidak baik lagi atau yang kedua dapat di sebabkan oleh hama Hypothenemus hampei yang sudah berpindah
ke pohon kopi lain sehingga hama yang terperangkap pada tanaman kopi yang kita
amati tidak sebanyak yang di harapkan.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang kita lakukan
adalah sebagai berikut :
1. Praktikan dapat membuat perangkap hypotan.
2. Praktikan mengerti cara kerja penggunaan perangkap
hypotan.
3. Hypotan
dapat menarik perhatian serangga Hypothenemus
hampei yang sudah memasuki fase imago sehingga serangga dapat tertarik
masuk kedalam perangkap.
4. Penggunaan
perangkap Hypothenemus hampei cukup efektif dalam mengendalikan hama Hypothenemus hampei.
5. Perangkap
Hypothenemus hampei pada praktikum
kurang efektif jika di bandingkan dengan litelatur.
6. Biaya
pembuatan perangkap yang murah dan pembuatannya yang mudah membuat para petani
sering memakai teknik pengendalian ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief, arifin.
1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit
dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.
Purnomo,B. 2009.
Penuntun Praktikum Daslintan. Ps agroekotek.
Faperta Unib; Bengkulu
Sudarmo,
subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan
Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Wagiman, F.X.
2003. Hama Tanaman : Cemiri Morfologi,
Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogayakarta.
Wiyono, Suryo.
2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama
dan Penyakit Tanaman. IPB. Bogor.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment