I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein
yang penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap menu makanan yang
bergizi dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan perkapita
menyebabkan kebutuhan kedelai makin meningkat.
Faktor - faktor yang sering menyebabkan rendahnya
hasil kedelai antara lain kekeringan, banjir, hujan terlalu besar pada saat
panen, serangan hama dan persaingan dengan rerumputan (gulma). Kedelai
merupakan tanaman kering, sehingga banyak mendapat gangguan gulma. Bila
pemeliharaannya kurang insentif, atau kedelai akan disaingi oleh gulma,
akibatnya hasil panen akan menurun.
Masalah utama yang dihadapi petani dalam budidaya
kedelai adalah gangguan hama dan penyakit serta ketidakseimbangan hara.
Beberapa serangan hama dan penyakit, sering kali menampilkan keragaan yang
serupa tapi tak sama dengan ketidakseimbangan hara.
Kedelai merupakan komoditas yang sangat strategis
dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat dan perekonomian
Indonesia. Tahu, tempe, kecap, dan tauco sebagai produk pangan olahan yang
berbahan baku kedelai selalu dihadirkan di meja makan hampir di seluruh rumah
tangga Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Gonjang-ganjing harga kedelai sebagai bahan baku
tahu dan tempe pada awal tahun 2008 menyebabkan harga kedelai di tingkat
pengrajin mencapai Rp. 7.500,- per kg. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh
para petani untuk menanam kedelai. Agar mendapatkan hasil yang maksimal,
sebaiknya petani perlu memahami tentang pengendalian hama dan penyakit utama
tanaman kedelai.
B.
Tujuan
1. Mengetahui
beberapa hama penting pada tanaman kedelai dan musuh alaminya
2. Mengetahui
cara pengendalian hama tanaman kedelai
3. Mengetahui
gejala akibat serangan hama-hama penting tersebut.
I.
MATERI
DAN PROSEDUR PERAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan adalah, alat tulis pena dan kertas untuk mencatat, sedangkan
bahan yang digunakan adalah spesimen
serangga hama tanaman kedelai dan musuh alaminya, sebagai media pengamatan.
B. Prosedur Peraktikum
1.
Praktikan melakukan pengamatan
terhadap spesimen hama padi yang telah disiapkan dan membuat gambar.
2.
Praktikan mencatat nama umum dan
nama latin dari hama tersebut.
3.
Praktikan mengumpulkan hasil
catatan dari pengamatan, sebagai Acc.
II.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum
ini yaitu: 7 hama tanaman kedelai dan 2 musuh alaminya.
Tabel 1. Hama tanaman kedelai
No
|
Gambar
|
Taksonomi
|
1.
|
Lalat
kacang (Ophiomyia Phaseoli)
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Family : Genus : Spesies : |
2.
|
Ulat penggulung daun
|
Kingdom : Animalia
Phylum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
|
3.
|
Ulat
grayak (Prodenia Litura)
|
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
|
4.
|
Kepik
hijau (Nezara Viridula)
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
|
5.
|
Ulat
polong (Etiela Zinchenella)
|
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
|
6.
|
Ulat
buah
|
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
|
7.
|
Kutu Kebul
(Bemisia tabaci)
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
|
Tabel 2. Serangga musuh
alami
No
|
Gambar
|
Taxonomi
|
1
|
Belalang
sembah (Mantis sp)
|
Kingdom : Animalia Phylum :Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Family :
Genus :
Spesies :
|
2
|
Kumbang
macan
|
Kingdom : Animalia Phylum :Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Family :
Genus :
Spesies :
|
|
B. Pembahasan
Pada
tanaman kedelai ada hama dapat merusak pertumbuhan kedelai tersebut.
mengakibatkan kedelai menjadi kurang baik untuk pertumbuhannya sehingga untuk
panen kedelai sering tidak mencapai hasil optimal. Akbit timbulnya hama
karena kurangnya efektifnya cara pemeliharaan pada tamanan kedelai tersebut
sehingga timbulnya hama-hama pada tanaman kedelai tersebut. Adapun untuk
mengenal hama-hama yang ada pada tanaman dapat merusak tanaman kedelai ada
sebagai berikut :
a) Lalat
kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan
b)
Ulat penggulung daun
Larva
penggulung daun berwarna hijau pucat dengan kepala mengecil berwarna hitam,
panjang tubuh dapat mencapai 3,7 cm.
Gejala serangan: larva
menyerang tanaman dengan memotong dan membuat gulungan daun. Larva berada di
dalam gulungan daun tersebut.
c) Ulat grayak (Prodenia Litura)
Seranggan: mendadak dan dalam
jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan
sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari
350 butir. Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun,
dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian: (1) dengan cara sanitasi;
(2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa
insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50
EC.
d) Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah
permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa
(kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas
daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur.
Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan
biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik
coklat. Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari
kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke
dalam buah sampai besar, memakan buah muda. Gejala: pada buah terdapat lubang
kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam
polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.Pengendalian: (1) kedelai
ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum ulat berkembang
biak; (2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
f) Ulat
buah
melubangi buah tomat baik buah
muda maupun yang sudah tua. Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke
tanah. Kadang-kadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi
cabang-cabang tomat.
Tanaman inang utama ulat buah
adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas. Tanaman inang lainnya
misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.
Gejala Serangan
g) Kutu Kebul
(Bemisia tabaci)
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan
oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik
pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi
kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk
tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa
tidak berlangsung normal.
Selain kerusakan langsung oleh isapan imago
dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor
virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai
saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain
: Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA
Virus.
Tanaman Inang: Kutu kebul
merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara
lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar atau gulma. Beberapa contoh tanaman budidaya yang
menjadi inang kutu kebul antara lain tomat, cabai, kentang, mentimun, terung,
kubis, buncis, selada, bunga potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai,
tembakau, lada; dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan
(Ageratum conyzoides).
Pengendalian
Hama
Salah satu cara pengendalian
adalah dengan Teknik Budidaya.
Pengendalian dengan teknik budidaya merupakan teknik pengendalian yang murah,
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan mudah dikerjakan oleh petani
perseorangan atau kelompok. Untuk mengembangkan teknik pengendalian ini
diperlukan pengetahuan sifat-sifat ekosistem setempat, khususnya tentang
ekologi dan perilaku hama, seperti bagaimana hama memperoleh berbagai
persyaratan bagi kehidupannya termasuk makanan, perkawinan, dan tempat
persembunyian untuk menghindari dari cuaca buruk dan musuh alami. Pengetahuan
tentang biologi dan ekologi hama dapat membantu memahami titik lemah hama,
sehingga dapat diketahui fase hidup hama yang paling tepat untuk dilakukan
pengendalian.
Upaya
pengendalian hama kedelai dengan teknik budidaya dapat dilakukan dengan cara:
1. Penanaman kedelai umur genjah seperti varietas
Grobogan, Malabar, dan Tidar (umur 74-78 hari) merupakan salah satu usaha
untuk memper- pendek akumulasi tanaman terserang hama,
mengurangikesesuaian ekosistem dan mengganggu
penyediaan makanan atau keperluan hidup hama;
2. Penggunaan varietas tahan hama, seperti Lumajang
Bewok, Gumitir, Tidar, Kerinci, dan Agropuro yang tahan hama lalat
bibit. Varietas Ijen, Panderman dan Argopuro tahan ulat grayak.
Varietas Gumitir dan Ar gopuro tahan hama penghisap polong. Penanaman
varietas tahan merupakan teknik budidaya untuk mengurangi dampak kerusakan
tanaman dan mengurangi kesesuaian ekosistem hama;
3. Penggunaan tanaman perangkap jagung dengan
berbagai umur (genjah sedang dan dalam) yang ditanam di sekeliling pematang
areal pertanaman kedelai dapat mengurangi serangan hama ulat polong kedelai.
Penanaman tanaman perangkap Sesbania rostata di pematang dapat
mengurangi serangan hama penghisap polong;
4. Rotasi atau pergiliran tanaman antara kedelai, padi,
atau dengan tanaman bukan kacang-kacangan dapat memutus siklus hama dan
menekan populasi hama kedelai seperti lalat kacang, kutu kedelai (Bemisia
tabaci), ulat jengkal, kumbang kedelai, kepik polong dan penggerek polong;
5. Tumpang sari kedelai dengan jagung merupakan
upaya untuk mengendalikan hama kedelai. Tanaman jagung dapat berperan sebagai
tanaman penghalang dari distribusi dan penyebaran hama di pertanaman kedelai.
Populasi hama kutu kedelai (Bemisia tabaci) pada pertanaman tumpang sari
kedelai-jagung lebih rendah dari pada tanaman monokultur kedelai. Tumpang
sari jagung dengan kedelai disamping sebagai tanaman penghalang distribusi
dan penyebaran hama juga dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap.
Hama penggerek polong kedelai lebih menyukai meletakkan telurnya pada
rambut tongkol jagung daripada polong kedelai, sehingga sebagian besar
populasi hama penggerek polong berada pada tanaman jagung.
V. KESIMPULAN
Dari pengamatan hama tanaman kedelai yang
dilakukan, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Diketahui bahwa dari spesimen
hama pada tanaman kedelai, merusak tanaman dengan cara yang berbeda-beda.
2.
Jenis hama yang paling banyak
menyerang tanaman kedelai adalah dari
ordo hemiptera.
3.
Pengendalian hama dengan cara
teknik budidaya adalah salah satu cara yang tepat untuk menekan serangan
hama.
DAFTAR
PUSTAKA
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta
Brooks, A. R. 1951. Identification
of the Root Maggots (Diptera:
Anthomyiidae) Attacking Cruciferous
Canada, Garden Crops in with Notes on Biology and Control. Can. Entomol.
83(5): 109-120.
Reid, W. J. 1940. Technical
Bulletin No. 723. Biology of the Seed-Corn Maggot in the Coastal Plain of the
South Atlantic States. United States Department of Agriculture
Washington, DC.
Wagiman,
F.X. 2003. Hama Tanaman : Cemiri
Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Yogayakarta.
PENGENALAN HAMA
TANAMAN KEDELAI DAN MUSUH ALAMI
( Laporan Praktikum Hama Penting
Tanaman )
Oleh
Andi Irwansyah
1014121199
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
|
No comments:
Post a Comment